Sinetron Payu, Karya Muda-mudi Tanggamus Angkat Cerita Kisah Nyata Lampung

 


Sinetron Payu, Karya Muda-mudi Tanggamus Angkat Cerita Kisah Nyata Lampung



Gemabangsa.id, Tanggamus - Sinetron "PAYU" yang mengisahkan  tentang rasa kekecewaan seorang pemuda (Mekhanai)  miskin, yang yang kandas ketika ingin meminang seorang gadis Kaya (Kumbang Makhga) dikarenakan orang ketiga, yang merupakan mantan kekasih sang gadis.

Proses penggarapan Sinetron tersebut, dimainkan didua lokasi yang berbeda yaitu di Pekon Badak, Kecamatan Limau, dan Pekon Putih Doh, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus itu, diperankan oleh para pemuda-pemudi asli Provinsi Lampung, dengan waktu penggarapan selama 3 Bulan penuh, baik Shooting dan Editing oleh Asona Production's, dengan mengangkat tradisi dan adat istiadat Lampung seperti tradisi bujang gadis (Muli Mekhanai).

Dalam film tersebut para pemuda menceritakan kisah saat pergelaran saat mengadakan hajatan acara lempar Selendang Skukhian. Yang pada acara itu mengutamakan adab dan etika dalam berbahasa Lampung, yaitu (BUBALAH).

Film ini pun melibatkan sanggar Keratuan Lampung Kabupaten Tanggamus, yang di Sutradarai oleh RENDIONE, yang akan ditayangkan di YouTube Selebriti Lampung.

"Allahamdulillah film tersebut telah selesai digarap beberapa pekan yang lalu dan akan segera ditayangkan di YouTube Selebriti Lampung. Saya juga berterimakasih kepada sluruh team, produser serta sponsor  yang telah mensuport penuh di dalam penggarapan film ini," ujar Dika Bakal, selaku penulis cerita tersebut sinetron "PAYU".

Dijelaskannya, dalam film tersebut para pemuda menceritakan kisah saat pergelaran saat mengadakan hajatan acara lempar Selendang Skukhian. Yang pada acara itu mengutamakan adab dan etika dalam berbahasa Lampung, yaitu (BUBALAH).

"Film ini menceritakan saat hajatan Lampung Tanggamus yang selalu mengedepankan adab dan etika, yaitu Bubalah," jelasnya.


Ia berharap, Semoga kedepannya para pemuda-pemudi Kabupaten Tanggamus, Lampung bisa terus melestarikan budaya adat istiadat serta tradisi.

"Kelestarian itu tetap harus dijaga. Semoga karya muda-mudi semakin maju dan berkembang," harapnya.

Sementara itu, Rendione selaku sutradara dalam penggarapan film tersebut berharap pula agar pemuda-pemudi Lampung yang lain ikut tergugah untuk terus berkarya dibidangnya masing-masing.

"Ya harapan saya, untuk bisa pemuda-pemudi Lampung khususnya jangan takut berkarya, yang pasti berkarya lah dengan hati ikhlas dan tulus," harap Rendione lagi. (Sahrul)