Pembuatan Tugu Pengantin Dikecamatan Bulok, Sejarah Makna Adat Saibatin Kabupaten Tanggamus

 


Pembuatan Tugu Pengantin Dikecamatan Bulok, Sejarah Makna Adat Saibatin Kabupaten Tanggamus



Gemabangsa.id, Tanggamus - Monumen Tugu Pengantin ini terletak di pertigaan jalan  di Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus. Sebuah Tugu menerangkan dua pasang patung ini bernama Tugu Pengantin.(01/02/2023)

DPRD Tanggamus, Edy Yalismi, SE,MM, mengatakan ia sangat Semangat membangun Tugu Pengantin dengan berbasis pada budaya lokal memang penting. Sebab terobosan ini harus dilakukan agar kita tidak kehilangan roh, Namun ia juga menyampaikan saran kepada semua pimpinan daerah di Lampung supaya pembangun simbol berupa fisik harus diimbangi dengan pembangunan nonfisik.

"Upaya pimpinan daerah yang melestarikan simbol daerah kepada semua bangunan fisik, sudah seharusnya ditindaklanjuti dengan pembangunan nonfisik. Sebab, jika itu saja yang dilakukan, simbol itu akan berhenti pada tataran ornamen," ujar Edy Yalismi.

Substansi dari kearifan lokal yang saat ini perlu dipahami masyarakat bukan hanya sebatas pesan estetika yang tergambar. Lebih jauh, pentingnya masyarakat memahami kearifan lokal yang terdapat di daerahnya supaya tumbuh rasa cinta tanah air dan menghargai adat istiadat warisan dari para pendahulunya. Adat istiadat ini menjadi sebuah identitas yang tidak boleh pudar diterkam zaman.

Tugu Pengantin Saibatin untuk membayar rasa penasaran mengenai perbedaan pengantin Saibatin dengan Pepadun, yang kebetulan silsilah keluarganya asli suku Lampung Saibatin. Perbedaan kontras antara pengantin adat dan Saibatin terletak di mahkota.

“Kalau pengantin Pepadun itu lekukan Sigernya ada sembilan, karena diambil dari marga yang jumlahnya sembilan dan Kalau Saibatin itu jumlah lekukan Sigernya berjumlah tujuh, karena berkaitan dengan tujuh Adok atau Gelar masyarakat pesisir Lampung," katanya.

Tidak hanya sebatas Siger yang membedakan menurutnya dari segi pakaian pengantin juga memiliki perbedaan. “Kalau Saibatin itu putih warnanya tapi kalau Raja itu kuning warnanya,” ucapnya.

Sedangkan Payung yang menyertai Tugu Pengantin tersebut bernama Payung Agung, Payung Agung adalah tanda kebesaran Adat Saibatin, terbuat dari bahan kain berwarna putih untuk payung dan bergagang kayu bulat yang berhias tatah.

Di daerah pesisir (peminggir) masing-masing Sebatin (kepala adat) mempunyai warna sendiri yang bermacam-macam. 

Adat Saibatin yaitu warna putih untuk pakaian dari penyimbang Saibatin, Dalom, Pangeran Dan Suntan. Sementara warna Kuning untuk Punyimbang Raden dan Raja, dan ini hanya dipakai dan dikembangkan pada upacara adat besar.

Itulah sedikit informasi yang berhasil digali, semoga bisa tersampaikan dan dipahami oleh kita semua. Mudah-mudahan kedepannya tidak hanya di Tugu Pengantin di setiap ornamen yang sedikit banyaknya mengambil unsur kearifan lokal tercantum deskripsi singkat yang menerangkan tentang keberadaanya. 

Dengan berbagai upaya pembangun disegala sektor, menuju Lampung yang mampu berkompetisi di tengah modernisasi zaman adalah sebuah keniscayaan. Namun kota yang maju dengan memelihara identitas kelokalannya merupakan harapan kita semua," tutupnya. (Sahrul)