Gemabangsa.id - Peristiwa memprihatinkan dialami ibu hamil di Pandeglang, Banten, Sabtu (1/5). Ibu tersebut ingin melahirkan dan harus terpaksa ditandu sejauh 4 Km untuk sampai ke puskesmas. Ini karena akses jalan di sana belum bisa dilalui kendaraan.
Ibu yang tengah hamil bernama Enah (30), warga Kampung Lebak Gedong Desa/Kecamatan Sindangresmi. Dia terpaksa ditandu para pemuda menggunakan sarung dan bambu untuk mencapai lokasi yang bisa dijangkau mobil.
Salah seorang pemuda desa sekitar, Muhamad Rizal Saefulloh, menceritakan awalnya mereka mendapat laporan dari warga mengenai adanya seorang ibu hamil yang akan melahirkan.
"Iya itu tetangga kampung, Kemarin itu pas habis zuhur jam 01-an kira kira. Ibu Enah di rumahnya sudah nggak tahan mau melahirkan. Sudah gitu, nelpon ke teman-teman pemuda di sini. Kita ke sana kita liat kondisinya sudah memprihatinkan," ujarnya, Minggu (2/5).
Saat akan dibawa ke puskesmas, kondisi jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Hasil dari diskusi pemuda dan keluarga, ibu hamil tersebut terpaksa ditandu menggunakan sarung dan bambu.
"Kita mau bawa pakai kendaraan, cuma karena jalan yang tidak layak yang tidak bisa dijangkau kendaraan roda dua atau roda empat. Akhirnya kita berdiskusi dengan keluarga, karena ibunya sudah tidak kuat sekali, akhirnya hasil diskusi kita simpulkan untuk ditandu. Dari kampung Lebak Gedong ke Kampung Sawit, yang jaraknya kisaran 3 sampai 4 kilo," kata Rizal.
Di tengah perjalanan, sarungnya robek. "Di perjalanan itu, karena memang tidak kuat ini sarungnya menahan beban ibu hamil yang kita tandu pakai sarung dan bambu, robek di jalan tanpa kita ketahui dari sebelumnya. Sampai jatuh ibu hamilnya, kita ganti kembali kita bawa," ungkap Rizal.
Sesampai di Kampung Sawit dan telah ada akses jalan yang dapat dilalui dengan kendaraan roda 4, Enah di bawa menggunakan mobil ke puskesmas.
"Pakai (mobil) teman-teman di sini, aksesnya ke puskesmas sudah bisa dilalui mobil, 4 kilo itu (ditandu) dari Lebak Gendong ke Kampung Sawit," ungkapnya.
Saat tiba di puskesmas, kehamilan ibu Enah sudah masuk ke bukaan 4. Tenaga medis di sana pun melakukan pemeriksaan. "Setelah itu ibunya meminta izin ke kamar mandi. Saat di kamar mandi keluar anak yang pertama dan meninggal di tempat. Setelah itu ditidurkan kembali diperiksa lagi oleh bidannya, ternyata ada satu lagi di dalam. Dibantu kembali (melahirkan), ternyata dua-duanya sudah tidak bisa tertolong bayinya," ujar Rizal.
Berdasarkan hasil diagnosa di puskesmas, kedua bayi kembar tersebut meninggal akibat kelebihan air ketuban, dan juga kondisi kandungan masih berumur 6 bulan. "Hasil diagnosa di sini, itu karena kelebihan air ketuban. Memang umur kandungannya baru 6 bulan," jelasnya.
Mengenai biaya persalinan Enah di puskesmas, seluruhnya menggunakan Jamkesmas dana BPJS. Kini dia telah kembali ke rumahnya. (bos)
Sumber : merdeka.com