Ketua dan Solidaritas Pemuda Suku Nataia Angkat Bicara Respon Soal Klarifikasi

 


Ketua dan Solidaritas Pemuda Suku Nataia Angkat Bicara Respon Soal Klarifikasi



Gemabangsa.id, Nagekeo, NTT - Lagi-lagi amarah masyarakat adat Suku Nataia memuncak setelah mendapat berita tentang ketua Suku Nataia di portal Tribunflores.com yang berjudul "Klarifikasi Ketua Suku Nataia Patris Seo" ditulis oleh Patrianus Meo Djawa editor Nofri Fuka terbit pada tanggal 05 Mei 2023 pukul 19:40 WIB.

Wartawan yang familiar disapa Petrik ini di anggap telah menabur garam di luka yang masih berdarah. Eksistensi Suku Nataia terus di obrak-abrik dengan narasi pemberitaan dimana pada dasarnya tidak memenuhi unsur Kode Etik Jurnalis (KEJ) atau kata lain berita yang ditulis oleh Petrik tidak sesuai fakta yang terjadi pada tanggal 05 Mei.

Demikian ungkapan kesal ketua Suku Nataia Patrisius Seo saat gelar jumpa Pers kediamannya di Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (12/05/2023).

Patris Seo menceritakan, pagi hari tepatnya Jumat tanggal 05 Mei 2023, Petrik datang menemui dirinya di kediamannya dengan penampilan rapi lengkap atribut Pers. Kemudian ia bertanya kepada Petrik tentang maksud dan tujuan kedatangannya tersebut.

Mendengar pertanyaan itu, Petrik menjawab bahwa tujuannya hanya untuk meminta maaf atas berita yang ditulisnya beberapa waktu lalu dimana mengaitkan penyerahan tanah Polres Nagekeo dan penangkapan keponakannya.

"Pertanggal haru Jumat 05 Mei 2023 Petriks datang menemui saya. Kedatangan Petrik pagi itu, saya melihat sisi manusia yang sama sehingga saya menerima dia dengan tulus dan iklas dia masuk (ke dalam rumah-red)," terangnya.

Tidak lama, dirinya coba bangun komunikasi dengan Petrik dan dirinya mempertanyakan tujuan dan maksud kedatangannya dengan memakai atribut (Pakaian Wartawan) dengan rapi dan santun menemuinya untuk membangun komunikasi serta wawancara atau dialog dengan dirinya sebagai kepala suku.

"Ternyata dia hanya menjawab, om Patris saya datang hanya untuk minta maaf kepada om Patris selaku kepala suku karena tindakan yang telah saya buat dari sisi tulisan dan banyak hal yang saya buat terhadap om Patris sebagai ketua suku. Oleh karena itu saya minta kepada om Patris untuk bisa memaafkan saya, karena memang saya sudah salah," jelas Patris Seo sembari mencontohkan kembali isi dialog antara dirinya dan Petrik.

Dikatakan Patris Seo, permintaan maaf Petrik tidak cukup dan tidak bisa diterima bagitu saja lantaran berita yang ditulisnya berkaitan dengan nama baik dan juga eksistensi Suku Nataia sehingga perlu melibatkan masyarakat maupun fungsionaris adat Suku Nataia dalam mengambil keputusan, yang mana nantinya hasil keputusan tersebut akan menjadi ketentuan adat.

Kata dia lagi, banyak hal yang ia sampaikan  kepada Petrik pada Jumat pagi tanggal 05 Mei. Namun dalam banyak hal yang disampaikan tersebut, bukan berarti ruang maaf telah dibuka untuk Petrik.

"Kata maaf yang dia sampaikan tidak cukup. Saya suruh dia pulang untuk bangun komunikasi baik dengan Dewan Pers dan juga penegak hukum, jika dua-dua sudah respon pasti dari penegak hukum akan bangun komunikasi dengan saya. Banyak hal ungkapan kata-kata yang saya sampaikan kepada dia, namun bukan berarti apa yang saya sampaikan kepada Petrik saat itu bagian dari maaf untuk bisa meloloskan dia dari proses hukum yang berlaku, secara tegas saya katakan tidak," ujar Petris Seo.

Patris Seo mengaku, dirinya tetap berdiri pada komitmen untuk memproses Petrik secara hukum yang berlaku, sebab berita yang ditulisnya berkaitan dengan nama baiknya sebagai ketua suku dan eksistensi Suku Nataia.

"Saya nyatakan saudara Petrik tetap saya proses secara hukum sesuai aturan hukum yang berlaku. Dan dia (Petrik-red) tulis tentang klarifikasi  oleh Petrik kemarin, saya tidak pernah menyampaikan demikian, saya tidak pernah lakukan klarifikasi di hadapan Petrik. Saya nyatakan itu berita bohong" tegasnya.

Demikian juga yang disampaikan Fransisku Waja juru bicara solidaritas sekaligus koordinator orang muda Suku Nataia. Kata Frans, pihaknya tetap berdiri pada identitas yang sama sebagai solidaritas orang muda Suku Nataia dalam konteks kasus pemberitaan yang dilaporkan ketua Suku Nataia.

Ia juga menduga bahwa, ada upaya pembodohan publik yang dilakukan oleh Petrik dengan mencoba mengalihkan fakta di dalam pemberitaannya.

"Kami masih tetap berdiri dengan identitas yang sama sebagai solidaritas pemuda Suku Nataia. Dalam konteks kasus ini adalah mengenai laporan orang tua kami kepala Suku Nataia bapak Patrisius Seo kepada penegak hukum dalam kasus pemberitaan yang sekali lagi dipelintir oleh Tribunflores.com dalam tulisan terbarunya dengan judul yang mereka angkat disini, Keponakan Kepala Suku Nataia Satu dari Belasan," tegas Frans.

"Disini kami tegaskan bahwa, ada upaya pembodohan publik yang dilakuakan oleh Tribunflores.com. Fakta hukumnya, ada buktinya kami masih simpan, disitu tertulis jelas judul beritanya Ponakan Ketua Suku Nataia Ditangkap Polisi dengan subtansi pemberitaan yang ngalur ngidul tidak jelas," tambahnya lagi.

Frans menuturkan, Petrik sama sekali tidak mengindahkan etika jurnalistik dalam konteks kasus tersebut.

Baginya media harus diakui sebagai pilar ke empat demokrasi, akan tetapi, pemberitaan yang ditulis oleh Petrik di media Tribun Flores seakan memaki dan menancapkan luka di hati masyarakat Suku Nataia dan seolah ada upaya cuci tangan.

"Poin kedua merespon dari pemberitaan lanjutan, kami rasa bahwa, media tribunflores.com sudah sangat tidak mengindahkan etika jurnalistik. Kami sangat menghormati media, pers sebagai bagian dari pilar keempat. Tapi disini ketika, Tribun berbicara seperti ini, upaya melakukan-pemberitaan-pemberitaan seperti ini, yang artinya terus memaki, menancapkan luka di hati masyarakat eksistensi Suku Nataia jauh lebih dalam, seolah ada upaya cuci tangan dari tribunflores.com dari oknum wartawan Petrik Meo Djawa itu sendiri," tuturnya.

"Kehadiran dia kesini, dalam pemberitaan bahwa ada klarifikasi, klarifikasi sebagai apa, sementara kedudukan orang tua kami sebagai kepala Suku disini adalah pelapor yang nota bene di dalam konteks kasus ini adalah korban, korban dari tulisannya yang sudah menyakiti hati beliau menyakiti hati Ana Woso Ebu Kapa," tuturnya lagi.

"Kami rasa orang tua kami tidak harus memberikan klarifikasi apapun. Yang harusnya memberi klarifikasi itu adalah oknum Petrik Meo Djawa sendiri dan juga media tribunflores.com, kenapa mereka begitu nagawur tidak mengindahkan etika-etika jurnalistik. Berbicara tentang jurnalistik, kami juga paham jurnalistik, apa jurnalistik, Kode Etik Jurnalistik kami juga paham, hukum juranlistik pun kami paham," pungkasnya.

Ia juga menjelaskan lagi, bagaimana mereka mengatakan hari ini mereka datang bagian dari memenuhi hak jawab, hak jawab seperti apa yang mereka inginkan sementara hak koreksinya sudah didahului. 

Dalam mekanisme jurnalistik terangnya, hak koreksi baru akan terpenuhi apabila sudah ada hak jawab diikuti permintaan maaf dari media yang bersangkutan langkah selanjutnya mereka harus koreksi. Bagaimana mereka datang pada persoalan ini mengatakan bahwa mereka ingin memenuhi hak jawab, ini jelas-jelas ada upaya pembodohan lanjutan dari tribunflores.com ingin membodohi masyarakat dalam konteks kasus ini. 

"Hari ini mereka memuat pemberitaan seperti ini dalam konteks kami masyarakat Suku Nataia yang merasakan, besok atau lusa siapa lagi yang akan menjadi korban dari media yang seperti ini. Kami disini tegas bahwa kami mendukung media, sejauh hal itu berjalan sesuai kaidah dan etika jurnalistik. Media bukan Tuhan wartawan bukan malaikat, apabila media melakukan kesalahan wartawan melakukan kesalahan, jauh menyentuh hak-hak kami mengintimidasi kami mendeskriminasi hak-hak rakyat apakah kami harus diam dan memaklumi media? Hari dengan tegas kami katakan siapapun mereka kami tidak akan mundur, kecil atau besar satu atau banyak merah atau hitam kami lawan," tutup Frans dengan nada tegas. (***)