Gemabangsa.id, Tanggamus -- Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Cukuh Balak sejak Minggu malam (27/7/2025) menyebabkan banjir yang merendam pasar tradisional di Dusun Sukamaju, Pekon Putih Doh. Senin (28/7/2025)
Genangan air setinggi lutut orang dewasa melumpuhkan seluruh aktivitas perdagangan di pasar rakyat tersebut.
Kondisi memprihatinkan ini menyebar cepat di media sosial, setelah seorang pedagang mengunggah video amatir yang merekam situasi pasar tergenang air.
Dalam video tersebut, terlihat lapak-lapak hampir terendam, sementara pedagang hanya bisa pasrah menyaksikan barang dagangan mereka basah kuyup.
“Air sampai selutut, semua dagangan basah. Ya ampun, banjir,”Ujar seorang pedagang dalam rekaman itu, penuh keluhan dan kepanikan.
Menurut warga setempat, Masrur Daswan, air mulai merembes ke area pasar sejak dini hari dan terus meninggi menjelang pagi.
Ia menyebut penyebab utama banjir adalah buruknya sistem drainase di sekitar pasar, yang tak mampu mengalirkan air hujan dengan baik.
“Air datang dari arah Pematang Agung, tepatnya dari seberang jalan pasar. Karena saluran airnya terlalu sempit, air langsung meluber ke pasar,”Jelas Masrur.
Ia menambahkan, hampir seluruh barang dagangan milik pedagang menjadi korban banjir mulai dari beras, sayuran, bumbu dapur, hingga pakaian.
"Akibat dari peristiwa tersebut para pedagang mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah,"Ujarnya
Hingga Senin siang, belum ada satu pun pernyataan resmi dari pihak pemerintah pekon, kecamatan, maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanggamus. Ketidakhadiran respons dari pihak berwenang membuat para pedagang semakin kecewa.
Warga dan pedagang mendesak pemerintah daerah untuk segera turun tangan. Mereka meminta agar saluran air diperbaiki dan lokasi pasar sedikit ditinggikan untuk mencegah banjir berulang.
“Pasar ini urat nadi ekonomi kami. Kalau dibiarkan begini terus, habis semua. Kami cuma minta pemerintah peduli,”Kata salah satu pedagang yang enggan disebut namanya.
Pasar tradisional Sukamaju bukan hanya tempat jual beli, tapi menjadi pusat penghidupan ratusan keluarga.
Karena itu, masyarakat berharap pemerintah daerah tidak lagi menutup mata dan segera mengambil langkah konkret. Mereka sudah lelah dengan janji-janji penanganan yang tak pernah berubah menjadi tindakan nyata. (Daironi)